cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)" : 7 Documents clear
KARAKTERISTIK BIOLOGI IKAN TONGKOL KOMO (EUTHYNNUS AFFINIS) YANG TERTANGKAP JARING INSANG HANYUT DI LAUT JAWA Rudy Masuswo; Agustinus Anung Widodo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.942 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.57-63

Abstract

Tahun 2015 telah dilakukan penelitian tongkol komo (Euthynnus affinis) yang tertangkap jaring insang hanyut berukuran mata jaring 4 inci di Laut Jawa berbasis di PPI Karangsong Indramayu. PPI Karangsong adalah basis perikanan jaring insang di Indramayu dengan daerah penangkapan utama di perairan Laut Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biologi yang meliputi: distribusi ukuran,  ukuran pertama kali matang gonada (Lm) dan ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan parameter biologi lainnya yaitu hubungan panjang (FL)-bobot (W) ikan dan nisbah kelamin.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran  ikan antara 27 – 58 cmFL (rata-rata 45,5) dengan median 44 cmFL, Lm tongkol jantan  45,8 cmFL dan betina 43,2 cmFL, ukuran Lc 44,5 cmFL, hubungan panjang-bobot menurut persamaan W= 0,0636 L2,6497 (r2=0,8409) dengan nisbah kelamin jantan: betina 52 : 48 %.A research of kawa-kawa (Euthynnus affinis) caught by 4 inche mesh size drifting gillnets operate in Jawa Sea waters based at Karangsong-Indramayu has been carried out in 2015. Karangsong is a gill net fishery based in Indramayu with a major fishing area in the waters of the Java Sea. The aim of research is to determine the biological carachteristics wich cover: size distribution, length of first matured (Lm) and length of first captured (Lc), L-W relationship and sex ratio.  The result show that length distribution ranged 27-58 (ave. 45.5) with median 44 cmFL, the Lm of male and female of kawa-kawa were 45.8 cmFL and 43,2 cmFL respectively and the Lc was 44.5 cmFL, L-W relationship was W= 0.0636 L2.,6497(r2=0.8409), and sex ratio male : female was 52 : 48 %.
ASPEK BIOLOGI IKAN KURISI (Nemipterus japonicus) DI PERAIRAN TELUK BANTEN Selvi Oktaviyani; Mennofatria Boer; Yonvitner Yonvitner
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.793 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.21-28

Abstract

Ikan kurisi (Nemipterus japonicus) merupakan salah satu sumber daya ikan ekonomis penting di Perairan Teluk Banten dan banyak didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten. Intensitas penangkapan yang tinggi akan menyebabkan tangkap lebih (overfishing), sehingga mengancam kelestarian ikan kurisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan kurisi di Perairan Teluk Banten, seperti struktur ukuran panjang, rasio kelamin, hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad, ukuran panjang rata-rata tertangkap (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Informasi yang diperoleh dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Lokasi pengambilan contoh dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten dari bulan Mei hingga Agustus 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran panjang total ikan kurisi berkisar antara 98 dan 211 mm. Perbandingan kelamin jantan dan betina dalam keadaan seimbang dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukkan pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan beratnya. Lebih dari 50% ikan-ikan yang diamati baik jantan maupun betina selama bulan pengamatan belum matang gonad (immature).  Ukuran pertama kali matang gonad adalah 196 mm sedangkan ukuran panjang rata-rata tertangkap adalah 146 mm. Banyaknya ikan yang tertangkap dalam ukuran kecil (kurang dari panjang pertama kali matang gonad) akan mengganggu kelestarian ikan kurisi.Japanese threadfin bream (Nemipterus japonicus) is one of the most important economical fish resources in the Gulf of Banten and many landed at Archipelago Fishing Port (PPN) of Karangantu. High intensity of fishing activity can cause an overfihing, and threat sustainability of japanese threadfin bream. The research was aimed to determine some biological aspects of japanese threadfin bream in the Gulf of Banten, such as structure of the length, sex ratio, length-weight relationship, gonad maturity stage, the average length of captured (Lc) and the length of first maturity (Lm). It is believed that the collected information can be taken into consideration in the fisheries management activities. The sample was collected at PPN Karangantu, Banten from May to August 2012. The result showed that the length of this fish ranged between 98 and 211 mm. Ratio of male and female is balance and have negative allometric growth pattern show that the length of growth is more faster than the weight of growth. More than 50% of fish sample both males and females were immature gonads. During observation, length of  first maturity was 196 mm and the average length of captured was 146 mm. Many fishes caught was smaller than Lm, It will interfere the sustainability of japanese threadfin bream.
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DAN TINGKAT TROFIK DI WILAYAH GENANGAN WADUK JATIGEDE PRAINUNDASI, KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT Andri Warsa; Kadarwan Soewardi; Sigid Hariyadi; Joni Haryadi D
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.219 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.29-36

Abstract

Waduk Jatigede dibangun dengan membendung Sungai Cimanuk dan  memiliki luas 4.122 ha serta merupakan waduk multifungsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas ikan dan pemanfaatan sumber daya makanan oleh beberapa jenis ikan yang terdapat di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede pra inundasi. Penelitian dilakukan setiap bulan pada Februari-Mei 2015 setiap bulan pada minggu pertama. Sampel ikan diperoleh dengan menggunakan jaring insang, jala, dan pancing. Percobaan penangkapan dilakukan di Sungai Cialing (inlet), Genteng, Cimanuk dan Cinambo (outlet). Ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan jenisnya dan diukur panjang total serta ditimbang bobotnya. Untuk analisis kebiasaan makan kebiasaan makan, saluran pencernaan diambil dan diawetkan dengan formalin 4%. Untuk identifikasi contoh ikan diawetkan dengan formalin 10%. Ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 11 jenis. Ikan yang dominan adalah lalawak dan genggehek. Rasio biomassa-kelimpahan ikan menujukkan bahwa komunitas ikan di Waduk Jatigede sebelum penggenangan dalam kondisi terganggu. Jenis makanan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan di Sungai Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede adalah detritus, krustase, annelida, insekta, moluska, tumbuhan dan fitoplankton. Jatigede Reservoir  was build with damming of Cimanuk River has about  4.122 ha surface area as wel as multi purpose reservoir. The aim of the research is to known the fish community structure and trophic level by fishes community at Cimanuk River arround Jatigede Reservoir pre inudated. The research was carried out in February-May 2015. Fish sample was obtained by using gillnet, hook and cast net. The experimental fishings were setting at Cialing (inlet), Genteng, Cimanuk and Cinambo (outlet). Fish sample were separated according speciesand was measured of total lenght. To the analisys of food habits, digestive tract was preserved using formalin 4%. For identification, fish sample  was preserved using formalin 10%. About 11 fish species were recorded. Dominan fish catches were Barbonymus balleroides and Mystacoleucus marginatus. According to Abundance-Biomass Comparisson, fish community was under pressure (unstable). Natural feeds observed were detritus, crustacea, annelida, insecta, molusca, plant and phytoplankton. 
KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN PANTAI PANGANDARAN, JAWA BARAT Sri Turni Hartati; Arip Rahman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.959 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.37-48

Abstract

Keanekaragaman jenis ikan karang merupakan suatu indikator penting yang dapat menggambarkan perubahan lingkungan perairan karang. Perubahan habitat karang adalah resiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat pembangunan.  Penelitian dilakukan di perairan pantai Pangandaran dengan tujuan mengkaji kesehatan terumbu karang dan indeks ekologis komunitas ikan karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah line intercept transect untuk menentukan persen tutupan karang dan metode sensus visual untuk menentukan keanekaragaman ikan karang pada area seluas 250m2. Hasil penelitian menunjukkan kesehatan terumbu karang pada kondisi buruk, tutupan karang hidup 11,4 -20,74%. Teridentifikasi 66 jenis ikan karang dengan kriteria kepadatan sangat jarang (0,59 – 0,91) ind/m2. Indeks kekayaan ikan karang pada kategori baik (4,60-8,68), keanekaragaman jenis ikan karang termasuk dalam kategori sedang (2,57-3,36). Tidak terjadi dominasi jenis ikan karang tertentu (0,05-0,120) dan kemerataan populasi di lokasi penelitian termasuk tinggi (0,81-0,87). Reef fish diversity is a major indicator to expose a current environmental state of coral reefs. Economic developments probably lead to habitat alteration risks. The research was conducted in Pangandaran Beach Waters, Batu Karas, Pananjung Barat, Pananjung Timur. The research objective was,  to assess the reef health, and to fine out several diversity indices of reef fish communities. Methods used for those are a line intercept transect and census visual technique within area of 250 m2. The results showed that all of the area had a poor reef health category(11,4-20,74%), reef fish densities were grouped in very rare areas, especially < 1-5 ind/m2. Richnes indices had a good category(4,60-8,68), shannon diversity indices of reef fish felt in the fair category(2,57-3,36), dominance indices of reef fish felt in the low category(0,05-0,120) and evenness indices were felt in a high category(0,81-0,87).
KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KEANEKARAGAMAN SUMBER DAYA IKAN DI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT Sulastri Sulastri; Sulung Nomosatriyo; Agus Hamdani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1249.87 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.1-12

Abstract

Danau Maninjau merupakan perairan eutrofik yang telah mengalami degradasi kualitas air serta sering terjadi kematian ikan secara masal. Degradasi kualitas air dikhawatirkan mempengaruhi perkembangan populasi dan keanekaragaman sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air terkini dan perkembangan keanekaragaman sumber daya ikan di Danau Maninjau. Pengamatan kualitas air dilakukan pada tahun 2014 di delapan stasiun, mencakup parameter suhu, pH, DO, konduktivitas, potensi oksidasi reduksi, kecerahan perairan yang diukur secara in situ. Parameter amonia, nitrit, total nitrogen, fosfat, total fosfor, total bahan organik, klorofil-a dianalisis di laboratorium menggunakan metoda standard, dan fitoplankton menggunakan metoda Lacey Drop Microtransect. Informasi keanekaragaman sumber daya ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan, pedagang ikan dan hasil pengamatan terdahulu. Kecerahan perairan menunjukkan nilai yang rendah (1,75-2,15 m). Suhu 27,5-30,33oC, nilai pH pH>9 atau di atas baku mutu untuk perikanan dijumpai di dua stasiun. Konsentrasi DO rendah (<2 mg/L) dan kondisi anoksik (0 mg/L) ditemukan pada kedalaman 9 – 15 m. Kolom anoksik terus naik ke kolom bagian atas perairan, mengindikasikan kondisi kualitas air Danau Maninjau terus mengalami degradasi. Konsentrasi amonia umumnya diatas 0,02 mg/L atau kurang mendukung kehidupan ikan. Danau Maninjau diindikasikan kaya unsur hara fosfor. Fitoplankton didominasi oleh jenis alga biru hijau (Planktolyngbia sp). Terdapat peningkatan sumber daya ikan eksotik dan beberapa diketahui merupakan species asing invasif yang mampu beradaptasi pada kondisi kualitas air yang rendah. Di sisi lain beberapa jenis sumber daya ikan asli danau jarang dan tidak dijumpai pada pengamatan ini.Lake Maninjau is a eutrophic lake which has experienced a degradation of water quality and mass fish kill frequently. It worried about their effect to the fish resources diversity and population of indigenous species. This study conducted in 2014 was to know the current of environmental condition and the development of fish resources diversity in Lake Maninjau. Water quality parameters   include temperature, pH, DO, conductivity, oxidation reduction potential (ORP), transparency were measured in situ, while amonia, nitrit, total nitrogen, phosphate, total posphorous, Total organic matter (TOM) and chlorophyll-a were analyzed in the laboratory. Phytoplankton was analyzed by Lackey Drop Microtransect method. Fish resources diversity information was collected from fisherman, fish trader and previous observation. Fish resources species was indentified at the zoological Museum Bogor refer to some books reference. Water transparency was low, ranged from1.75 to 2.15 m. Temperature area ranged from 27.5 to 30.33oC, pH (pH>9) or above the standard value for fisheries was found at two stations. Low DO concentration (< 2 mg/L) and anoxic zone was found at 9 to 15 m. Low DO concentration and anoxic zone ascend continuously to the upper water column indicated that water quality continuously degradation. In general amonia concentration was above the standard value for fisheries (< 0.02 mg/L   Lake Maninaju was rich of phosphorous and phytoplankton was dominated by Blue green algae (Planktolyngbia sp). Exotic species increased and some of them reported as an invasive species that tolerance to the low of water quality. On the other hand some of indigenous species was rarely and not found in this observation.
DAERAH PENANGKAPAN, LAJU PANCING DAN PARAMETER POPULASI IKAN GINDARA (Lepidocybium flavobrunneum) DI SAMUDERA HINDIA Andi Bahtiar; Abram Barata; Dian Novianto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.571 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.49-56

Abstract

 Ikan gindara atau escolar (Lepidocybium flavobrunneum), umumnya tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan (bycatch) pada perikanan rawai tuna Indonesia.  Penelitian dilakukan dengan metode observasi onboard pada armada rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa mulai bulan Agustus 2005 - Desember 2009 yang beroperasi di Samudera Hindia. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi daerah penangkapan, menganalisis parameter populasi (umur, pertumbuhan, mortalitas) dan laju eksploitasi ikan gindara hasil tangkapan kapal rawai tuna di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukan  ikan gindara yang tertangkap oleh kapal rawai tuna menyebar pada posisi geografis antara  90-330 LS dan 760-1270 BT dengan nilai laju pancing (HR) ikan gindara tertinggi  pada tahun 2007 sebesar 0,15 dan terendah tahun 2005 yaitu 0,04, atau  rata-rata HR sebesar 0,10.  Ikan  yang tertangkap memiliki ukuran panjang cagak antara 35-193 cm dengan rata-rata 87,4 cm. Parameter populasi yang dianalisa dengan program FiSAT II diperoleh panjang asimtotik (L∞) = 201,60 cmFL, koefisien laju pertumbuhan (K) = 0,21 per tahun dan t0 = -0,4755 tahun. Nilai dugaan mortalitas total (Z) sebesar 0,85 per tahun, nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,37 per tahun dan laju mortalitas penangkapan (F) = 0,48 per tahun. Laju eksploitasi (E = 0,56) menunjukkan bahwa pemanfaatan gindara di Samudera Hindia diatas nilai optimum yang disarankan yaitu E = 0,50.Escolar (Lepidocybium flavobrunneum) commonly caught as bycatch in Indonesia tuna longline fisheries. The study was conducted on August 2005 - December 2009 with onboard observation of tuna longliner  based in Benoa fishing  port. The objectives of this study are provide information about fishing ground, analyzing parameters of population (age, growth, mortality) and exploitation rate of escolar caught by Indonesia tuna longliner in the Indian Ocean. The results showed that escolar caught by tuna fleets longliner spread on latitude and longitude 900-330 S and 760-1270 E with highest hook rate in 2007 at 0.15 and lowest hook rate occurred in 2005 at 0.04, with average HR at 0.10. Length frequency distribution of escolar were 35-193 cmFL with length average of 87.4 cm. The Von Bertalanffy growth parameter for escolar in Indian Ocean were L∞ = 201.60 cm, K = 0.21 year-1 and t0 = -0,4755 years. The annual instantaneous rate of total mortality (Z) was 0.85 year-1. The natural mortality (M) was 0.37 year-1 and the fishing mortality (F) was 0.48 year-1. The exploitation rate (E = 0.56) indicating that escolar in the Indian Ocean has reached the optimum limit.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR Adrian Damora; Erfind Nurdin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.353 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.13-20

Abstract

Pengusahaan rajungan (Portunus pelagicus) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur telah dilakukan secara intensif sehingga perlu upaya pengelolaan yang didasari dari kajian tentang aspek biologinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa aspek biologi rajungan, meliputi hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta penentuan ukuran minimum yang boleh ditangkap dari sumber daya rajungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari–Desember 2012. Metode yang digunakan adalah metode survei pada lokasi-lokasi konsentrasi nelayan/pengumpul dan daerah–daerah yang memiliki aktivitas perikanan rajungan yang paling dominan. Sebanyak 3508 ekor contoh rajungan yang diambil secara acak untuk dianalisis beberapa aspek biologinya. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan rajungan jantan bersifat isometrik dan rajungan betina bersifat allometrik positif. Nilai faktor kondisi terbesar pada rajungan jantan terdapat pada bulan Januari, sedangkan pada rajungan betina terdapat pada bulan April. Nilai faktor kondisi terkecil pada rajungan jantan maupun betina terdapat pada bulan Juli. Nisbah kelamin rajungan berada dalam kondisi tidak seimbang. Nilai Lc rajungan betina matang kelamin sebesar 109,72 mmCW dan Lm sebesar 113,50 mmCW. Ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap (minimum legal size) untuk dapat menunjang kelestariannya sebesar 110 mmCW.Exploitation of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in Labuhan Maringgai, East Lampung has been intensified so that need the management measures based on the biological aspects study. The objective of this study is to assess the biological aspects including length-weight relationship, condition factor, sex ratio, sex maturity, and minimum legal size of blue swimming crab. This study was conducted from Januari to December 2012. Survey method is used for the study in some of blue swimming crab landing sites. Approximately 3508 samples of blue swimming crab were collected with random sampling. Results showed that the growth of blue swimming indicated isometric and positive allometric, by males and females respectively. The higher condition factor value of blue swimming crab was found in January and April, by males and females respectively. But the lower condition factor value of both was found in July. The sex ratio between males and females of blue swimming crab is not balanced. Lc for mature female  crab is 109,72 mmCW and Lm 113,50 mmCW.  The minimum legal size for the sustainable blue swimming crab fishery was 110 mmCW.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue